Jumat, 05 Juni 2009

Bolehkah aku tersenyum?

Ketika pelukis cahaya melihat secercah sinar pantas untuknya menggoreskan kuas kembali.
"dimana kanvasku? tempat dimana dahulu kumerasa sangat nyaman, dimana tiap guratan kuas menceritakan keindahan dan kebusukan, kebaikan dan kejahatan, dan juga hidup dan matinya diriku."


Bolehkah aku tersenyum?

Kala guratan pertama cahaya yang dalam kanvas menawarkan ilusi lukisan yang berakhir indah.
"Haruskah kuberhenti saat ini, saat ilusi lebih dari layak untukku.
Aku yang lebih banyak menggurat luka ketimbang tawa."


Bolehkah aku tersenyum?

Kala malam tiba, dan kuberanikan berkata "selamat malam cahaya,"
guratan terakhir ini milikmu..


dan kini

Bolehkah aku tersenyum?



-psp-

Tidak ada komentar: