Senin, 15 Juni 2009

akuTahuSesuatu

aku tahu sesuatu..

rangkaian kata yang kutulis
pasti bukan yang pertama untukmu

Irama yang mengiringinya
pasti sudah pernah kau dengar sebelumnya

kataku iramaku sama saja
tak ada beda dengan mereka

tapi aku tak ingin apa-apa melalui kata dan irama
selain melihat kau tertawa dan bahagia

daun

Seperti angin yang menuntun daun gugur
ketempat pembaringannya..

kuhanya ingin merasa
tanpa tahu kemana

cukup seperti itu..

kataKU

"aku adalah awal cerita
kau adalah akhir bahagia.."

Senin, 08 Juni 2009

penjejak pelangi

"Kemarilah, disini pelangi hampir tiba, nikmatilah pelangi ini bersamaku"
"Pelangi memang indah, tapi ia cepat sekali menghilang. lagipula aku sudah pernah menikmati pelangi dengannya"
"kujamin denganku akan berbeda"
"Berbeda?
"Dengannya pelangi itu hanya bisa kaulihat, denganku kau bisa menjejak pelangi itu bersamaku"
"menjejak?"
"jangan lihat aku seperti itu, aku sudah pernah menjejak pelangi"
"lalu?"
"aku terjatuh"
"kau mau aku terjatuh bersamamu?"
"aku takkan pernah membuatmu terjatuh, Aku sudah pernah menjejak pelangi"
"tapi kau terjatuh"
"ya, tapi kutelah belajar dari kesalahanku."
"memang apa kesalahanmu?"
"aku terpeleset"
"kenapa?"
"Dia yang dahulu menjejak pelangi denganku, kulepaskan tangannya, dan dia jatuh. aku pun jatuh"
"HaH?"
"Ya, ya itu memang salahku"
"aku takut kau akan melakukan hal yang sama padaku."
"Denganmu, ku akan memulai lembaran baru, dengan cara yang berbeda. Karena kau dan dia memang tak sama.maka kutakkan melakukan hal yang sama"
"kalo ku tak mau"
"kuakan menjejak pelangi sendiri, tak peduli berapa kali pun kujatuh, kuakan bangun dan kembali menjejak pelangi itu."

Jumat, 05 Juni 2009

Bolehkah aku tersenyum?

Ketika pelukis cahaya melihat secercah sinar pantas untuknya menggoreskan kuas kembali.
"dimana kanvasku? tempat dimana dahulu kumerasa sangat nyaman, dimana tiap guratan kuas menceritakan keindahan dan kebusukan, kebaikan dan kejahatan, dan juga hidup dan matinya diriku."


Bolehkah aku tersenyum?

Kala guratan pertama cahaya yang dalam kanvas menawarkan ilusi lukisan yang berakhir indah.
"Haruskah kuberhenti saat ini, saat ilusi lebih dari layak untukku.
Aku yang lebih banyak menggurat luka ketimbang tawa."


Bolehkah aku tersenyum?

Kala malam tiba, dan kuberanikan berkata "selamat malam cahaya,"
guratan terakhir ini milikmu..


dan kini

Bolehkah aku tersenyum?



-psp-

Rabu, 03 Juni 2009

Sang Juru Taman

Hamba
AMPUN hamba, Tuan Puteri!


Ratu
Sidang telah usai dan hamba-hambaku yang lain telah mengundurkan diri. Mengapa engkau datang begitu terlambat?


Hamba
Ketika Tuan Puteri telah usai dengan yang lain, barulah giliran hamba.

Hamba menghadap untuk menanyakan, pekerjaan apakah gerangan yang masih tersisa untuk hambamu yang terlambat ini.


Ratu
Apakah yang akan engkau harapkan bila semuanya telah terlambat seperti ini?


Hamba
Jadikanlah hamba juru taman di kebun bunga Tuan Puteri.


Ratu
Sungguh gila engkau ini!


Hamba
Hamba sanggup meninggalkan pekerjaan hamba yang lain.

Bahkan pedang dan lembing pun akan hamba campakkan ke atas tanah.

Jangan kirimkan hamba berperang ke negeri-negeri yang jauh; jangan perintahkan hamba meraih kemenangan-kemenangan. Tetapi, cukup jadikan hamba juru taman untuk kebun bunga Tuan Puteri.


Ratu
Lalu apa saja yang akan engkau kerjakan?


Hamba
Melayani Tuan Puteri di kala hari-hari senggang. Akan hamba jaga agar jalanan berumput itu tetap sejuk, Tempat Tuan Puteri berjalan di pagi hari, ketika langkah-langkah kakimu disambut pujian bunga-bunga yang sedang menunggu akhir hidupnya dengan penuh kerinduan.

Akan hamba buai Tuan Puteri dengan ayunan di cabang-cabang pohon Saptaparna , ketika sinar rembulan malam berebutan mengecup gaunmu dari celah-celah dedaunan.

Lampu di peraduan Tuan Puteri akan hamba isi dengan minyak yang beraroma wangi, dan bantalan kakimu akan hamba olesi dengan gaharu dan cendana.


Ratu
Dan apa yang kau inginkan sebagai upahnya?


Hamba
Semoga hamba diperbolehkan menyentuh tanganmu– Tuanku Ratu – yang mungil bagai kuncup seroja; menggenggamnya bagai untaian bunga di lingkar pergelanganmu; membasuh kakimu dengan air kelopak ashoka yang merah; dan menciumnya agar hilang segala debu yang mungkin melekat di sana.


Ratu
Kukabulkan permohonan, hambaku, engkau akan jadi juru taman di kebun bungaku.

***

(Rabindranath Tagore's The Gardener)

taken from a friend's FB notes...